Terkadang kita sering tertipu dengan pikiran kita, terlalu larut di dalamnya dan akhirnya menghasilkan pemikiran negatif dan tidak mendengarkan orang. Inilah mengapa pikiran kita tidak pernah bertemu. Aku tidak pernah berusaha untuk menyakitimu, tidak sekalipun. Tidakkah kau tahu, akulah orang pertama di dunia ini yang ingin menjadi saksi pendewasaanmu. Akulah orang yang menunggu kau untuk maju. Aku, tanpa banyak meminta, tapi cukup berdoa dan berharap ingin kau berubah, menjadi orang yang belajar dari kesalahan.
Silahkan kau membenciku, jika itu yang kamu mau.
Silahkah hujat aku dengan tuduhanmu, jika itu membuat hidupmu baik.
Silahkan kau simpan kata-katamu, jika terlalu berharga untukku.
Silahkan kau hidup dalam dendammu, jika itu menguatkanmu.
Terlalu banyak yang kau simpan di pikiranmu. Menjadi satu kumpulan riak, yang kau ingin muntahkan di mukaku, bukan?
Pertanyaan-pertanyaan yang tak satupun logikamu bisa menjawab.
Yang kau percaya cuma satu, bahwa kaulah yang dikorbankan.
Tidakkah ingin kau mendengar ceritaku? Tidakkah ingin kau tahu betapa aku menyukaimu aku begitu tidak ingin melukaimu, berusaha sekuat tenagaku. Tidakkah kau ingin tahu betapa aku ingin melihatmu menjadi dirimu yang dulu? Tidakkah kau tahu kau dulu begitu istimewa?
Kau yang dulu punya auramu sendiri, yang sedari dulu memancarkan energi.
Berbagai hal tidak menjadi lebih baik seiring jalannya waktu. Tak ada lagi kesempatan untuk berpura-pura, karma itu ada. Aku tidak tahu bagaimana, sejauh mana aku bisa bertahan dengan kamu dan semua pemikiran-pemikiran negatif yang kau ciptakan sendiri di kepalamu. Bencilah aku sesuka yang kamu mau, aku menyerah.
Dan kamu tahu dengan pasti, aku bukanlah yang pertama.
Maka maafkanlah aku.
Jika nanti kau sudah bisa menertawakan dirimu sendiri, ingatlah bahwa doaku akan ada di seluruh
langkahmu.
With love,
S